Selasa, 22 Agustus 2017

Project Based Learning dan Tantangan Abad 21

Oleh : Isman Rahmani Yusron
         
   Proses pembelajaran di sekolah, selalu identik dengan kegiatan yang serba formal dan statis. Guru memberikan pelajaran, dan siswa menerima apa yang diajarkan guru secara langsung dan searah. Bahkan, terkadang proses pembelajaran berlangsung tanpa interaksi, tanpa kesempatan untuk pertanyaan. Posisi guru berada sebagai pemberi pengetahuan, dan siswa sebagai wadah kosong dan pasif menerima pengetahuan. Proses pembelajaran seperti ini, menempatkan siswa sebagai objek pengajaran dari guru daripada sebagai learner. Seolah, yang lebih penting adalah siswa menguasai materi ajar daripada proses belajar itu sendiri. Bahkan, saking banalnya proses rigid ini, menciptakan suatu kesalahfahaman dari arti kata “belajar”. Makna keaktifan subjek dalam belajar, direduksi oleh proses pengajaran semacam ini.
    
        Banalitas pembelajaran yang rigid ini, secara otomatis membuat kualitas pendidikan Indonesia semakin terpuruk. Berdasarkan laporan PISA yang diselenggarakan OECD pada tahun 2015, indonesia berada di urutan ke 69 dari 76 negara atau 8 terbawah dalam hal mutu pendidikan (BBC, 2015). Tak dapat dinafikan, kondisi ini pula berkontribusi pada lambannya kemajuan ekonomi Indonesia. Pendidikan yang memiliki posisi strategis pada kemajuan bangsa, belum juga memberikan hasil yang maksimal. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik, per Maret 2016 Index Gini Ratio indonesia berada di angka 0,397, yang berarti kesenjangan ekonomi masyarakat masih cenderung tinggi. Bahkan menurut survei lembaga keuangan Swiss, Credit Suisse, melaporkan bahwa 1% masyarakat indonesia menguasai 49,3% kekayaan nasional (katadata.co.id, 2017). Besarnya ketimpangan, memperlihatkan bahwa pendidikan nasional belum berhasil meningkatkan kemampuan masyarakat dalam perekonomian.

Dua hal yakni buruknya pendidikan nasional dan buruknya perekonomian masyarakat, tidak bisa secara naif dikatakan tidak ada kaitannya. Bagaimanapun, pendidikan adalah salah satu hal strategis dalam membangun perekonomian masyarakat. Jika melihat realitas yang ada seperti diuraikan sebelumnya, maka implikasi yang dapat disimpulkan adalah bahwa proses pendidikan harus menciptakan kualitas dan proses pendidikan harus berkontribusi pada kehidupan masyarakat. Dua hal ini menjadi titik langkah awal dalam perbaikan proses pendidikan nasional secara luas. Pendidikan perlu membentuk kultur “menghasilkan” dan “berkontribusi” pada kehidupan. Pendidikan jangan hanya sebuah proses eksklusif dan monoton yang semakin menjauhkan peserta didik dari realitas kehidupan. Prodak pendidikan harus sedini mungkin dinikmati manfaatnya oleh masyarakat, setidaknya membentuk keterampilan peserta didik untuk mampu menjalani kehidupan mandiri.

Untuk menjawab tantangan dari realitas tersebut, penulis menawarkan sebuah metode pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Project Based Learning atau PBL, merupakan model aktifitas kelas yang berbeda dengan aktivitas yang biasa dilakukan yang bersifat singkat terisolasi serta berpusat pada guru, menjadi aktivitas jangka panjang, terbuka, multidisiplin dan berpusat pada siswa (student centered). PBL berbentuk pembelajaran siswa yang diorganisasikan dalam kerangka sebuah proyek tertentu yang bermanfaat dan bermakna bagi pembelajar maupun masyarkat. Jones, Rasmussen & Moffitt (Thomas, 2000) mendefinisikan PBL sebagai suatu tugas kompleks, berbasiskan pertanyaan atau problem menantang, yang melibatkan siswa dalam merancang, menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, atau aktivitas investigatif; memberikan siswa kesempatan untuk berkerja secara relatif mandiri dalam suatu jangka waktu tertentu; dan berpuncak pada suatu prodak atau presentasi yang realistis.


PBL memberi ruang untuk siswa mengeksplorasi kemampuannya sendiri, menyelesaikan persoalan secara kreatif, terlibat aktif dalam pembelajaran, bertujuan, dan berfokus pada pengamalan keterampilan hasil dari pengetahuan dan pengalaman. Penelitian Basilotta Gómez-Pablos, Martín del Pozo, & García-Valcárcel Muñoz-Repiso (2017) menemukan bahwa melalui PBL siswa lebih aktif berpartisipasi (95%), memotivasi mereka dalam belajar (96%), dan membantu mereka untuk memperoleh berbagai keterampilan (90%). Hal ini menunjukkan bahwa PBL, strategis dalam membentuk kultur belajar mandiri siswa yang berkualitas dan berorientasikan pada hasil atau prodak yang bermanfat. Sehingga, melalui pembentukan kultur belajar seperti ini, tantangan-tantangan masalah pendidikan nasional dapat sedikit demi sedikit dijawab.

Keterampilan belajar yang dibutuhkan siswa di masa depan, menurut kerangka 21st Century Learning, adalah pembelajaran yang memfokuskan pada pengembangan keterampilan belajar dan inovasi; yang mencakup kreatifitas dan inovasi, berfikir kritis dan penyelesaian masalah serta komunikasi dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan inilah yang sudah seharusnya menjadi tujuan dari seperangkat sistem pendidikan ketimbang berorientasi pada pencapaian hasil ujian dan tujuan pragmatis serta individual lainnya. Sudah seharusnya, proses pembelajaran di persekolahan berorientasi pada relevansi kehidupan yang fleksibel dengan perkembangan zaman.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat konten pembelajaran yang relevan akan terus tergantikan. Ratusan persen tiap tahunnya pengetahuan yang relevan dengan kehidupan digantikan dengan informasi-informasi yang aktual. Sehingga sudah bukan zamannya lagi, proses pembelajaran disekolah berorientasi pada materi baku dan terpusat pada sumber tunggal. Hal yang dibutuhkan bagi siswa pada era ini bukanlah penguasaan materi tertentu, namun yang lebih penting adalah dimilikinya keterampilan siswa untuk belajar hal-hal baru dengan menggunakan segenap potensinya. Kurangnya keterampilan siswa dalam Skill berfikir dan belajar akibat proses pembelajaran yang monoton dan bersumber tunggal, akan menciptakan generasi gagap yang kesulitan dalam mengejar perkembangan zaman. Sehingga, dalam titik tertentu masyarakat akan kembali tertinggal oleh arus kemajuan ilmu dan teknologi yang luar biasa pesat.

Project-Based Learning (PBL), menyediakan kerangka pembelajaran yang melatih siswa untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan di abad 21 ini. Pengasahan keterampilan dasar belajar ini, akan membebaskan siswa pada belenggu pengetahuan yang usang tertelan zaman. PBL, merupakan pendekatan inovatif untuk belajar yang mengajarkan berbagai strategi kritis untuk sukses di abad ke 21 (Bell, 2010). Menurut Blanchard (Basilotta Gómez-Pablos et al., 2017) metode PBL memperkuat hasrat natural siswa untuk belajar, yang hampir sulit didapatkan siswa di sekolah karena kesulitan untuk menghubungkan antara kebutuhan kurikulum dengan hasrat belajar siswa; dimana PBL ini menempatkan siswa pada pembelajaran berbasis isu atau kebutuhan yang diformulasikan oleh siswa sendiri; membantu untuk mengintegrasikan pengetahuan dalam lapangan praktis; dan menghasilkan pembelajaran yang bermakna dan relevan.

Proses pembelajaran sejatinya merupakan upaya aktif siswa dalam memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalamannya sendiri. Melalui PBL, siswa dituntut untuk secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dalam kerangka menyelesaikan suatu proyek pembelajaran yang berguna. Keaktifan siswa dalam menghasilkan prodak dalam belajar, merangsang siswa untuk memahami bagaimana menyelesaikan persoalan dengan cara yang praktis, mengeksplorasi pengetahuan dan mengintegrasikannya dalam rangka penyelesaian masalah, serta terlibat aktif baik fisik maupun psikologis dalam proses pembelajaran. Metode PBL yang menyediakan sebuah tantangan proyek, merangsang siswa mencari pengetahuan yang didasarkan pada kebutuhannya sendiri daripada didasarkan pada tujuan diluar dirinya seperti bagaimana proses kurikulum selama ini berjalan. PBL merujuk pada keterlibatan siswa dalam menyelesaikan sebuah proyek dalam konteks kehidupan nyata, dimana siswa mengembangkan pengetahuan dan Skill yang berhubungan dengan proyek tersebut (Cavanaugh dalam Chu et al., 2017).

Dalam paradigma PBL, siswa menjadi pusat dalam belajar, dimana guru menjadi fasilitator untuk merangsang siswa merencanakan sebuah proyek berguna, membangun kerangka kerja, metode praktis, inovasi, dan penyelesaian masalah dengan cara yang efektif multidisipliner. Multidisipliner berarti bahwa proses pembelajaran proyek, tidak hanya berfokus pada implementasi pemahaman dari suatu bidang pembelajaran saja, melainkan juga menggunakan sudutpandang dan metodi bidang studi lain yang secara pragmatis digunakan dalam penyelesaian proyek. Dalam satu proyek yang sama, siswa dituntut secara mandiri mengeksplorasi berbagai bidang pengetahuan untuk kemudian dipelajari dan diterapkan dalam penyelesaian proyek pembelajaran. Sebagai pembelajaran berorientasi proses, PBL memberikan dorongan belajar siswa yang bermuara pada prodak, pengetahuan hasil belajar, sekaligus keterampilan sebagai hasil dari proses penyelesaian suatu proyek. PBL disajikan sebagai alternatif yang efektif dalam merespon tantangan, yang menjadi metode kunci dalam mengembangkan keterampilan fundamental, kritis dan penelitian (Basilotta Gómez-Pablos et al., 2017).

Metode yang disajikan dalam PBL, menyediakan kerangka belajar siswa untuk mengguasai keterampilan kolaborasi, komunikasi, partisipasi aktif, kreatifitas dan inovasi, serta berfikir kritis dan problem solving. Dalam satu kerangka proyek, berbagai macam keterampilan belajar siswa dialami dengan harapan terbentuk karakter siswa yang berhasrat untuk belajar dan berinovasi menghasilkan prodak yang berguna. Dengan demikian, proses belajar di sekolah memiliki orientasi dalam membangun kultur belajar yang fleksibel dan aktual sesuai dengan perkembangan zaman.

Manfaat yang kaya bagi siswa melalui metode ini, menjadi alat strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan serta mendobrak proses pendidikan tradisional yang sudah banyak tidak relevan. Selain itu, keterampilan yang didapatkan akan membantu siswa dalam menghadapi kehidupan nyata diluar sekolah dengan kepemilikan karakter belajar dan penyelesaian masalah. Prodak yang dihasilkan juga akan berkontribusi dan bermanfaat bagi masyarakat luas dan akan menjadi pelatuk kemajuan budaya suatu bangsa. 

Praktik metode Project-Based Learning, bertujuan praktis untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas dan berkarakter. Berkualitas karena dengan metode PBL, siswa dirangsang untuk memiliki keterampilan yang berguna dan kreatif, terbiasa berfikir kritis dan inovatif, berorientasi penyelesaian masalah daripada membicarakan masalah, serta menjadi pembelajar tangguh dan menjadi solusi bagi masyarakat. Berkarakter dalam arti bahwa melalui metode PBL, siswa belajar bagaimana berkolaborasi dengan tim dalam aspek sosial, memiliki kepribadian yang berhasrat mempelajari hal yang baru, berkeinginan kuat untuk berpartisipasi dan mengamalkan pengetahuannya, serta terdorong untuk senantiasa memberikan solusi bagi masyarakat sekitarnya. Melalui dua tujuan ini, dengan selaras akan juga menghasilkan tujuan menghasilkan budaya kemajuan bagi masyarakat luas.

Dalam paradigma Mind, Brain and Performance, PBL merangsang peserta didik untuk aktif mengembangkan kognitifnya dalam kerangka penyelesaian masalah. Selain itu, potensi emosionalnya pun aktif dalam kaitannya dengan kepedulian menghasilkan sebuah proyek yang berguna bagi masyarakat. Regulasi diri dalam berinteraksi dan berkolaborasi menjadi sangat vital dalam PBL. Kerangka PBL yang menuntut siswa untuk merencanakan, fokus pada tujuan, mencari cara kreatif dalam menyelesaikan masalah, akan mengoptimalkan fungsi eksekutif siswa. Dengan metode PBL, siswa dibiasakan untuk mengaktifkan potensi kognitif dan emosionalnya secara optimal dalam kegiatan pembelajaran.

Proses pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan, sudah selayaknya memberi kontribusi pada kualitas peserta didik dalam menghadapi kehidupan nyata, juga mendekatkan siswa pada masyarakat. Melalui PBL, siswa terdorong untuk mengasah Skill belajarnya dan juga didorong untuk berkolaborasi dengan lingkungan sekitarnya serta berorientasi pada manfaat di masyarakat. PBL, menyediakan kerangka belajar yang mendekatkan siswa pada realitas kehidupan dan terus menerus diasah untuk secara kreatif dan inovatif dapat menyelesaikan permasalahan sosial di lingkungan sekitarnya. Belajar secara terbuka, jauh lebih berguna dan akan berkembang daripada pembelajaran yang hanya terisolir dan eksklusif di sekolah.

Metode PBL, berupaya mendobrak paradigma belajar yang tradisional yang terbatas dan jauh dari realitas kehidupan. Padahal, sejatinya hasil belajar harus dicerminkan dalam pengamalan pengetahuan di situasi kehidupan nyata. Tujuan pendidikan dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa agar dapat siap menghadapi realitas kehidupan yang dinamis. Skill belajar akan jauh lebih berguna dibandingkan dengan penguasaan pengetahuan, yang pada era ini semakin cepat berubah dan berkembang. PBL, diharapkan menghasilkan paradigma pembelajaran yang aktual dengan kehidupan, berorientasi proses dan keterampilan, serta selaras dengan kebutuhan keterampilan abad 21. PBL akan secara efektif melahirkan kultur belajar yang berorientasi pada nilai guna bagi kehidupan. Melalui hal itu, impian masyarakat Indonesia yang dapat bersaing dengan kemajuan zaman akan dapat terwujud lebih mudah.  

Referensi:
Basilotta Gómez-Pablos, V., Martín del Pozo, M., & García-Valcárcel Muñoz-Repiso, A. (2017). Project-based learning (PBL) through the incorporation of digital technologies: An evaluation based on the experience of serving teachers. Computers in Human Behavior, 68, 501–512. https://doi.org/10.1016/j.chb.2016.11.056

BBC, S. C. K. pendidikan. (2015, May 13). Asia peringkat tertinggi sekolah global, Indonesia nomor 69. Retrieved March 30, 2017, from http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/05/150513_majalah_asia_sekolah_terbaik

Bell, S. (2010). Project-Based Learning for the 21st Century: Skills for the Future. The Clearing House: A Journal of Educational Strategies, Issues and Ideas, 83(2), 39–43. https://doi.org/10.1080/00098650903505415

Chu, S. K. W., Zhang, Y., Chen, K., Chan, C. K., Lee, C. W. Y., Zou, E., & Lau, W. (2017). The effectiveness of wikis for project-based learning in different disciplines in higher education. The Internet and Higher Education, 33, 49–60. https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2017.01.005

katadata.co.id, W. (2017, January 15). Ketimpangan Ekonomi Indonesia Peringkat 4 - Berita Terkini Ekonomi dan Bisnis. Retrieved March 30, 2017, from http://katadata.co.id/infografik/2017/01/15/ketimpangan-ekonomi-indonesia-peringkat-4

Thomas, J. W. (2000). A Review of Research on Project-Based Learning. The Autodesk Fondation. Retrieved from http://www.bie.org/research/study/review_of_project_based_learning_2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar