Kamis, 05 Maret 2015

MEMPERSIAPKAN KARIR SISWA DI MASA DEPAN

Selain menghadapi Ujian Nasional, siswa SMA/MA juga akan menghadapi SNMPTN. Memang Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) ini tak melalui tes. Akan tetapi, mau tidak mau SNMPTN juga membuat konsentrasi siswa terbagi. Pasalnya, penentuan sekolah lanjutan menjadi penentu awal karir siswa dimasa depan. Oleh karena itu, perlu adanya bimbingan agar siswa tak mengalami kecemasan. Terutama bagi siswa yang gamang dalam menentukan jurusan.

Momen SNMPTN ini terkadang tak jadi perhatian bagi sekolah. Karena sekian lama sekolah melulu terbiasa disibukkan oleh kegiatan UN. Padahal SNMPTN juga tak kalah menentukan bagi nasib siswa. Tingkat keterserapan siswa di SNMPTN juga ikut menyumbang reputasi sekolah. Namun, karena selama ini yang jadi prioritas adalah kelulusan 100 persen di UN, SNMPTN dinomorduakan. Tak heran jika kemarin (5/3) media ini memberitakan, baru 20% sekolah mengisi PPDS.

Perhatian sekolah terhadap SNMPTN memang bukan pada penyelenggaraannya. Urusan administrasi seperti pengisian PPDS memang penting tapi ada yang lebih penting. Perhatian sekolah terhadap kemampuan siswa dalam menentukan keputusan jurusan terkadang tak begitu diperhatikan. Siswa akhirnya banyak dilepaskan dalam menentukan jurusannya sendiri. Bahkan tanpa tau apakah itu selaras dengan minat dan kompetensi bawaannya.

Banyak gejala negatif yang sering muncul di kalangan mahasiswa setelah masuk perguruan tinggi. Kebanyaan bahkan bukan menyangkut sulitnya tugas kuliah atau proses pendidikan di perguruan tinggi. Tak sedikit mahasiswa malah merasa salah memilih jurusan. Bahkan, ada yang merasa terpaksa masuk ke jurusan yang dituju, apakah karena desakan orang tua atau karena waktu yang mepet sehingga asal memilih. Akhirnya yang terjadi adalah mahasiswa merasa tertekan, tidak bersemangat kuliah, bahkan akhirnya drop out.

Persoalan ini memang tak terkait secara langsung dengan sekolah. Namun, kurangnya fasilitiasi sekolah dalam mengadakan layanan bimbingan menjadi salah satu penyebabnya. Minimnya perhatian sekolah terhadap penyelenggaraan bimbingan karir ikut menyumbang ketidaksuksesan tersebut. Padahal, persoalan ini jelas merupakan masalah serius yang harus diantisipasi. Mempersiapkan masa depan siswa juga harus menjadi prioritas utama selain mempersiapkan untuk mengikuti ujian.

Dalam persoalan ini, perlu ada alokasi waktu khusus bagi siswa untuk memiliki keterampilan persiapan karir. Sebagaimana lazimnya sebelum ujian ada momen pemantapan, dalam menentukan jurusan kuliah pun perlu ada pemantapannya. Pemantapan ini semacam program yang berisi tentang persiapan karir siswa di masa depan. Isinya menyangkut keterampilan mengambil keputusan, penyelerasan minat, bakat dan keterampilan, penyelarasan kepribadian dengan karakter pekerjaan, seluk beluk dunia perguruan tinggi hingga kiat-kiat dalam menjalani dunia kemahasiswaan.

Melalui program ini, siswa difasilitasi untuk secara aktif dapat menentukan rencana karirnya dimasa depan. Karir tak melulu berbicara tentang pekerjaan, tapi tentang rencana kehidupan secara keseluruhan. Selain itu, siswa juga dapat mengetahui sejauh mana bakat yang dimilikinya serta keselarasan dengan minat karirnya. Terkadang siswa memilih jurusan tanpa pengetahuan yang cukup tentang karakteristiknya serta corak bakatnya. Akhirnya, Ia kelabakan mengikuti perkuliahan karena tak sesuai dengan bakat yang dimilikinya.


Diharapkan, melalui intervensi program tersebut siswa lebih matang dalam menjalani kehidupannya dimasa depan. Hidupnya tidak dihantui rasa ketidakcocokan dengan karir yang dimilikinya. Tentunya, program ini memerlukan dukungan yang besar dari penyelenggara sekolah. Jangan melulu konsentrasi tersandera pada persiapan mengikuti ujian semata. Namun, lupa jika ada yang lebih perlu dipersiapkan yaitu karir siswa. Jangan sampai seperti mengerahkan segala upaya untuk melewati sungai deras, tapi lupa mempersiapkan bekal untuk melanjutkan perjalanan.[]