Jumat, 21 November 2014

Ilmu Beserta Kaidah Pencariannya

Perintah mencari ilmu
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١  خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢  ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣  ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥

(1)Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (2)Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah(4)Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (5)Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Al-Alaq: 1-5)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١

11. Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al-Mujaadilah: 11)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu syar’i, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya kepada para penuntut ilmu sebagai bentuk ridho atas yang telah dilakukan dan seluruh apa yang ada di langit dan di bumi akan memintakan ampunan kepada seorang penuntut ilmu, begitu juga ikan yang ada di tengah-tengah laut” (HR. Ahmad).
Rasulullah bersabda,  “Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar, tidak pula dirham, (tetapi) mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” [HR Abu Dawud. Dishahihkan syaikh Albani]
Definisi Ilmu
Secara bahasa, al-‘ilmu adalah lawan dari al-jahl (kebodohan), yaitu mengetahui sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan pengetahuan yang pasti. Secara istilah, dijelaskan oleh sebagian ulama bahwa ilmu adalah ma’rifah (pengetahuan) sebagai lawan dari al-jahl (ketidaktahuan). Menurut ulama lainnya, ilmu itu lebih jelas dari apa yang diketahui.1
 وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡ‍ُٔولٗا ٣٦
36. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (Al-Israa: 36)
1544. Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Cukuplah seseorang itu dustanya apabila ia mengutarakan segala sesuatu yang didengar olehnya." (Riwayat Muslim)2

Ilmu adalah yang membuat dirinya takut hanya kepada allah.
...ۗ إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ٢٨
28. ....Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Fathiir:28)
Dr. Muhammad al-Bahi : Ilmu terbagi dua (1) Ma’rifat Ilahiyah (2) Ma’rifat al-Insaniyah.3
Syekh Abdur-Rahman al-Ahdhari dan Al-Darwi : “Ilmu berarti penjelasan tentang sesuatu dengan cara mengetahui sesuatu tersebut; atau sampainya jiwa kepada pemahaman makna sesuatu tersebut4
Syarif Ali bin Muhammad Al-Jurjani mengemukakan pengertian ilmu sebagai berikut:
1.   Suatu keyakinan yang pasti sesuai dengan kenyataan
2.   Perolehan gambaran sesuatu yang terdapat dalam akal
3.   Hasil pemahaman sesuatu sesuai dengan apa adanya (objektif)
4.   Hilangnya kesamaran/keraguan dalam menjelaskan objek yang dijelaskan
5.   Sifat yang melekat pada jiwa yang dapat mengetahui sesuatu secara global dan parsial
6.   Samapainya jiwa pada makna sesuatu
7.   Keterangan mengenai penyandraan yang khusus antara yang memahami dan yang dipahami
8.   Keterangan mengenai sifat yang mempunyai sifat
Kaidah-kaidah mencari Ilmu
1.   Tidak melampaui batas (adam tajawuz al-had)
۞وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلۡغَيۡبِ لَا يَعۡلَمُهَآ إِلَّا هُوَۚ وَيَعۡلَمُ مَا فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِۚ وَمَا تَسۡقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعۡلَمُهَا وَلَا حَبَّةٖ فِي ظُلُمَٰتِ ٱلۡأَرۡضِ وَلَا رَطۡبٖ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ ٥٩
59. Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz) (Al-An’aam: 59)



2.   Membuat perkiraan dan Penetapan (Attaqdir wattaqrir)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن جَآءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإٖ فَتَبَيَّنُوٓاْ أَن تُصِيبُواْ قَوۡمَۢا بِجَهَٰلَةٖ فَتُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَا فَعَلۡتُمۡ نَٰدِمِينَ ٦
6. Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (Al-Hujuraat: 6)

3.   Membatasi Persoalan (Attakhsis qabl al-bahts)
4.   Tidak sombong dan menentang kebenaran (Adam al-mukarabah wa al-‘inad)
وَلَوۡ نَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ كِتَٰبٗا فِي قِرۡطَاسٖ فَلَمَسُوهُ بِأَيۡدِيهِمۡ لَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا سِحۡرٞ مُّبِينٞ ٧
7. Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang kafir itu berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata" (Al-An’aam:7)

5.   Melakukan check dan recheck (Al-Muraja’ah wa al-mu’awadah)
...ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَمَا تَهۡوَى ٱلۡأَنفُسُۖ وَلَقَدۡ جَآءَهُم مِّن رَّبِّهِمُ ٱلۡهُدَىٰٓ ٢٣
23. .... Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka (An-Najm:23)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنَ‍َٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا تَعۡمَلُونَ ٨
8. Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al-Maa-idah: 8)

6.   Berpegang teguh pada kebenaran hakiki (Al-Istimsaq bi al-haq)
ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُمۡتَرِينَ ١٤٧
147. Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu (Al-Baqarah: 147)

7.   Menjauhkan dari tipu daya (Al-Ba’d an al-ghurur)
8.   Mewujudkan kebenaran haqiqi (Al-Jahr bi al-haq)
9.   Menyerukan Kebenaran Hakiki (Al-da’wat ila al-haq)
10.        Mempertahankan kebenaran hakiki (Al-dafa’u an al-haq)

_________________________________________________________
1  Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Panduan Lengkap Menuntut Ilmu bab Definisi Ilmu, Keutamaan dan Hukum Mencarinya
2 Imam An-Nawawi, Riyadus Sholihin Kitab Hal-Hal yang Dilarang, Bab 262.
3 Syukriadi Sambas, Mantik Kaidah Berpikir Islami Bab IV Metode Berfikir.

4 Syekh Hasan Darwisy al-Quwaisiny, Syarah Matn al-Sulam fi al-Manthiq, Said bin Nabhan, Surabaya, tt, hlm. 10-11.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar