Senin, 17 November 2014

HARAPAN PENDIDIKAN PADA PEMERINTAHAN BARU

Jika tak ada halang merintang, hari ini Republik Indonesia akan memiliki Presiden baru. Rakyat Indonesia, bertumpu harap pada Presiden pemerintahan baru ini. Apalagi, selama ini, Jokowi- JK mengusung jargon Revolusi Mental dalam setiap kampanyenya. Semoga, jargon ini tak sekadar menara gading, tapi benar-benar nyata. Jargon ini terdengar mengandung makna perhatian khusus terhadap sumberdaya manusia. Berbicara manusia dalam sebuah negara, tentunya tak akan lepas dari wacana tentang penguatan dalam bidang Pendidikan.

Dahulu, pada saat wakil presiden Megawati diangkat menjadi Presiden, untuk pertamakalinya dalam sejarah Indonesia, Pendidikan mendapat perhatian khusus. Pendidikan, menjadi salah satu prioritas yang tercantum dalam visi misi pemerintahan pada waktu itu. Sehingga, pada saat ini jikalah disebut sejarah berulang, yakni pemerintahan kembali dipegang oleh platform yang sama, pendidikan harus kembali mendapat tempat terbaiknya dalam prioritas pemerintahan.

Wacana perlunya perbaikan pendidikan, akhir-akhir ini semakin menguat. Pasalnya, kenyataan di lapangan memperlihatkan potret buruk dunia pendidikan. Beberapa kali juga, raport merah didapatkan kementrian yang mengurusi pendidikan. Sudah sepatutnya, hal ini menjadi titik evaluasi untuk memformulasi penyelenggaraan pendidikan dengan lebih baik. Jangan sampai, negeri ini kembali jatuh dalam lubang yang sama. Apalagi, dalam rangka menyongsong bonus demografi di seabad kemerdekaan nanti.

Setidaknya, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh pemerintahan baru dalam bidang pendidikan. Pertama, perkuat infrastruktur pendidikan yang merata di seluruh wilayah Indonesia. Wacana klise dan basi ini seolah batu sandungan yang sama setiap tahunnya. Terkadang, reformasi dalam pendidikan harus kandas akibat persoalan ini. Negeri ini, harus segera menyelesaikan penyakit akut terkait infrastruktur ini. Jangan ada lagi, potret anak bangsa yang harus belajar di kandang kambing atau harus melintas jembatan roboh demi memenuhi hak pendidikan.

Kedua, perbaiki Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Betapa seringnya tercium bau busuk dari perilaku para tenaga pendidik yang mencoreng nama baik pendidikan. Anak didik, yang menjadi generasi bangsa, yang mungkin juga jadi pendidik akhirnya meniru kesalahan yang sama. Untuk memutus lingkaran setan ini, merombak kurikulum seperti yang digulirkan pemerintahan lama bukan langkah yang tepat, memperbaiki dan memperkuat kualitas LPTK penghasil guru jauh lebih perlu. Pengguna kurikulum, adalah guru, sehingga akan sangat percuma sebagus apapun kurikulumnya kalau gurunya tak berkualitas. Orientasi perbaikan pendidikan tak bisa dilakukan secara top down lagi, tapi mesti berorientasi bottom up.

Ketiga, fokuskan tujuan pendidikan untuk menyongsong masa depan. Orientasi pendidikan harus memprioritaskan pada kebutuhan-kebutuhan dan keahlian yang diperlukan dimasa datang. Griffin dalam The Assesment and Teaching of 21st-Century Skills (ATC21S) telah mendefinisikan keahlian yang diperlukan masyarakat dunia dimasa depan.

Keahlian tersebut mencakup, yang pertama: menuntut sumberdaya manusia memiliki keahlian dalam berfikir, mencakup keterampilan dalam berkreatifitas dan berinovasi, berfikir kritis, penyelesaian masalah, mengambil keputusan, serta metakognisi yakni belajar memahami bagaimana belajar. Dalam unsur kognitif, pendidikan mesti difokuskan pada hal-hal tersebut agar terbiasa dan siap menghadapi globalisasi.

Selanjutnya, pendidikan mesti mengupayakan pesertanya untuk melek terhadap berbagai informasi, termasuk keterampilan memilih dan memilah berbagai informasi. Selain itu, juga melek terhadap teknologi informasi dan komunikasi yang menjadi medium utama dalam kehidupan di masadepan. Ini merupakan tools of working di abad ini. Juga keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi, sebagai bagian penting dalam ways of working dimasa depan.

Terakhir, yang tidak kalah pentingnya, adalah pendidikan yang mesti memberikan cara bagaimana hidup bermasyarakat di dunia. Pemahaman kewarganegaraan baik lokal maupun sebagai penduduk dunia harus difahami, agar dapat diterima oleh masyarakat dunia. Juga tentang keterampilan kehidupan dan karir, serta tanggung jawab personal dan sosial yang mencakup kompetensi dan kesadaran kultural.

Semoga pemerintahan kedepan, memiliki visi yang kuat untuk pendidikan. Memperbaiki pendidikan merupakan investasi penting bagi bangsa ini. Memang tidak populer karena hasilnya tidak dapat dinikmati secara langsung. Akan tetapi, jika pendidikan mendapat perhatian serius dan tepat, maka masa depan bangsa yang lebih baik, bisa terwujud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar