Jika tak ada halang
merintang, hari ini Republik Indonesia akan memiliki Presiden baru. Rakyat Indonesia,
bertumpu harap pada Presiden pemerintahan baru ini. Apalagi, selama ini,
Jokowi- JK mengusung jargon Revolusi Mental dalam setiap kampanyenya. Semoga, jargon
ini tak sekadar menara gading, tapi benar-benar nyata. Jargon ini terdengar mengandung
makna perhatian khusus terhadap sumberdaya manusia. Berbicara manusia dalam
sebuah negara, tentunya tak akan lepas dari wacana tentang penguatan dalam
bidang Pendidikan.
Dahulu, pada saat wakil
presiden Megawati diangkat menjadi Presiden, untuk pertamakalinya dalam sejarah
Indonesia, Pendidikan mendapat perhatian khusus. Pendidikan, menjadi salah satu
prioritas yang tercantum dalam visi misi pemerintahan pada waktu itu. Sehingga,
pada saat ini jikalah disebut sejarah berulang, yakni pemerintahan kembali
dipegang oleh platform yang sama, pendidikan harus kembali mendapat tempat
terbaiknya dalam prioritas pemerintahan.
Wacana perlunya perbaikan
pendidikan, akhir-akhir ini semakin menguat. Pasalnya, kenyataan di lapangan
memperlihatkan potret buruk dunia pendidikan. Beberapa kali juga, raport merah
didapatkan kementrian yang mengurusi pendidikan. Sudah sepatutnya, hal ini
menjadi titik evaluasi untuk memformulasi penyelenggaraan pendidikan dengan
lebih baik. Jangan sampai, negeri ini kembali jatuh dalam lubang yang sama.
Apalagi, dalam rangka menyongsong bonus demografi di seabad kemerdekaan nanti.
Setidaknya, ada beberapa
hal yang perlu diperbaiki oleh pemerintahan baru dalam bidang pendidikan.
Pertama, perkuat infrastruktur pendidikan yang merata di seluruh wilayah
Indonesia. Wacana klise dan basi ini seolah batu sandungan yang sama setiap
tahunnya. Terkadang, reformasi dalam pendidikan harus kandas akibat persoalan
ini. Negeri ini, harus segera menyelesaikan penyakit akut terkait infrastruktur
ini. Jangan ada lagi, potret anak bangsa yang harus belajar di kandang kambing
atau harus melintas jembatan roboh demi memenuhi hak pendidikan.
Kedua, perbaiki Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Betapa seringnya tercium bau busuk dari
perilaku para tenaga pendidik yang mencoreng nama baik pendidikan. Anak didik,
yang menjadi generasi bangsa, yang mungkin juga jadi pendidik akhirnya meniru
kesalahan yang sama. Untuk memutus lingkaran setan ini, merombak kurikulum
seperti yang digulirkan pemerintahan lama bukan langkah yang tepat, memperbaiki dan memperkuat kualitas
LPTK penghasil guru jauh lebih perlu. Pengguna kurikulum, adalah guru, sehingga
akan sangat percuma sebagus apapun kurikulumnya kalau gurunya tak berkualitas.
Orientasi perbaikan pendidikan tak bisa dilakukan secara top down lagi, tapi mesti berorientasi bottom up.
Ketiga, fokuskan tujuan
pendidikan untuk menyongsong masa depan. Orientasi pendidikan harus
memprioritaskan pada kebutuhan-kebutuhan dan keahlian yang diperlukan dimasa
datang. Griffin dalam The Assesment and Teaching of 21st-Century Skills
(ATC21S) telah mendefinisikan keahlian yang diperlukan masyarakat dunia dimasa
depan.
Keahlian tersebut
mencakup, yang pertama: menuntut sumberdaya manusia memiliki keahlian dalam
berfikir, mencakup keterampilan dalam berkreatifitas dan berinovasi, berfikir
kritis, penyelesaian masalah, mengambil keputusan, serta metakognisi yakni
belajar memahami bagaimana belajar. Dalam unsur kognitif, pendidikan mesti
difokuskan pada hal-hal tersebut agar terbiasa dan siap menghadapi globalisasi.
Selanjutnya, pendidikan
mesti mengupayakan pesertanya untuk melek terhadap berbagai informasi, termasuk
keterampilan memilih dan memilah berbagai informasi. Selain itu, juga melek
terhadap teknologi informasi dan komunikasi yang menjadi medium utama dalam
kehidupan di masadepan. Ini merupakan tools
of working di abad ini. Juga keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi,
sebagai bagian penting dalam ways of
working dimasa depan.
Terakhir, yang tidak
kalah pentingnya, adalah pendidikan yang mesti memberikan cara bagaimana hidup
bermasyarakat di dunia. Pemahaman kewarganegaraan baik lokal maupun sebagai
penduduk dunia harus difahami, agar dapat diterima oleh masyarakat dunia. Juga
tentang keterampilan kehidupan dan karir, serta tanggung jawab personal dan
sosial yang mencakup kompetensi dan kesadaran kultural.
Semoga pemerintahan kedepan, memiliki visi yang kuat untuk pendidikan. Memperbaiki pendidikan merupakan investasi penting bagi bangsa ini. Memang tidak populer karena hasilnya tidak dapat dinikmati secara langsung. Akan tetapi, jika pendidikan mendapat perhatian serius dan tepat, maka masa depan bangsa yang lebih baik, bisa terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar