Selain menghadapi Ujian
Nasional, siswa SMA/MA juga akan menghadapi SNMPTN. Memang Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) ini tak melalui tes. Akan tetapi, mau
tidak mau SNMPTN juga membuat konsentrasi siswa terbagi. Pasalnya, penentuan sekolah
lanjutan menjadi penentu awal karir siswa dimasa depan. Oleh karena itu, perlu
adanya bimbingan agar siswa tak mengalami kecemasan. Terutama bagi siswa yang
gamang dalam menentukan jurusan.
Momen SNMPTN ini
terkadang tak jadi perhatian bagi sekolah. Karena sekian lama sekolah melulu
terbiasa disibukkan oleh kegiatan UN. Padahal SNMPTN juga tak kalah menentukan
bagi nasib siswa. Tingkat keterserapan siswa di SNMPTN juga ikut menyumbang
reputasi sekolah. Namun, karena selama ini yang jadi prioritas adalah kelulusan
100 persen di UN, SNMPTN dinomorduakan. Tak heran jika kemarin (5/3) media ini
memberitakan, baru 20% sekolah mengisi PPDS.
Perhatian sekolah
terhadap SNMPTN memang bukan pada penyelenggaraannya. Urusan administrasi
seperti pengisian PPDS memang penting tapi ada yang lebih penting. Perhatian
sekolah terhadap kemampuan siswa dalam menentukan keputusan jurusan terkadang
tak begitu diperhatikan. Siswa akhirnya banyak dilepaskan dalam menentukan
jurusannya sendiri. Bahkan tanpa tau apakah itu selaras dengan minat dan
kompetensi bawaannya.
Banyak gejala negatif
yang sering muncul di kalangan mahasiswa setelah masuk perguruan tinggi.
Kebanyaan bahkan bukan menyangkut sulitnya tugas kuliah atau proses pendidikan
di perguruan tinggi. Tak sedikit mahasiswa malah merasa salah memilih jurusan.
Bahkan, ada yang merasa terpaksa masuk ke jurusan yang dituju, apakah karena
desakan orang tua atau karena waktu yang mepet sehingga asal memilih. Akhirnya
yang terjadi adalah mahasiswa merasa tertekan, tidak bersemangat kuliah, bahkan
akhirnya drop out.
Persoalan ini memang tak
terkait secara langsung dengan sekolah. Namun, kurangnya fasilitiasi sekolah
dalam mengadakan layanan bimbingan menjadi salah satu penyebabnya. Minimnya
perhatian sekolah terhadap penyelenggaraan bimbingan karir ikut menyumbang ketidaksuksesan
tersebut. Padahal, persoalan ini jelas merupakan masalah serius yang harus
diantisipasi. Mempersiapkan masa depan siswa juga harus menjadi prioritas utama
selain mempersiapkan untuk mengikuti ujian.
Dalam persoalan ini,
perlu ada alokasi waktu khusus bagi siswa untuk memiliki keterampilan persiapan
karir. Sebagaimana lazimnya sebelum ujian ada momen pemantapan, dalam menentukan
jurusan kuliah pun perlu ada pemantapannya. Pemantapan ini semacam program yang
berisi tentang persiapan karir siswa di masa depan. Isinya menyangkut
keterampilan mengambil keputusan, penyelerasan minat, bakat dan keterampilan,
penyelarasan kepribadian dengan karakter pekerjaan, seluk beluk dunia perguruan
tinggi hingga kiat-kiat dalam menjalani dunia kemahasiswaan.
Melalui program ini,
siswa difasilitasi untuk secara aktif dapat menentukan rencana karirnya dimasa
depan. Karir tak melulu berbicara tentang pekerjaan, tapi tentang rencana
kehidupan secara keseluruhan. Selain itu, siswa juga dapat mengetahui sejauh
mana bakat yang dimilikinya serta keselarasan dengan minat karirnya. Terkadang
siswa memilih jurusan tanpa pengetahuan yang cukup tentang karakteristiknya
serta corak bakatnya. Akhirnya, Ia kelabakan mengikuti perkuliahan karena tak
sesuai dengan bakat yang dimilikinya.
Diharapkan, melalui
intervensi program tersebut siswa lebih matang dalam menjalani kehidupannya
dimasa depan. Hidupnya tidak dihantui rasa ketidakcocokan dengan karir yang
dimilikinya. Tentunya, program ini memerlukan dukungan yang besar dari
penyelenggara sekolah. Jangan melulu konsentrasi tersandera pada persiapan
mengikuti ujian semata. Namun, lupa jika ada yang lebih perlu dipersiapkan
yaitu karir siswa. Jangan sampai seperti mengerahkan segala upaya untuk melewati
sungai deras, tapi lupa mempersiapkan bekal untuk melanjutkan perjalanan.[]