Perintah
mencari ilmu
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي
خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ
٢ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ
ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
(1)Bacalah
dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (2)Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah (3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah(4)Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (5)Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Al-Alaq:
1-5)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ
إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ
لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا
تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١
11. Hai
orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan (Al-Mujaadilah: 11)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menempuh jalan untuk
menuntut ilmu syar’i, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.
Sesungguhnya para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya kepada para penuntut
ilmu sebagai bentuk ridho atas yang telah dilakukan dan seluruh apa yang ada di
langit dan di bumi akan memintakan ampunan kepada seorang penuntut ilmu, begitu
juga ikan yang ada di tengah-tengah laut” (HR. Ahmad).
Rasulullah
bersabda,
“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para
Nabi tidak mewariskan dinar, tidak pula dirham, (tetapi) mereka mewariskan
ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak.”
[HR Abu Dawud. Dishahihkan syaikh Albani]
Definisi Ilmu
Secara
bahasa, al-‘ilmu adalah lawan dari al-jahl (kebodohan), yaitu mengetahui
sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dengan pengetahuan yang pasti.
Secara istilah, dijelaskan oleh sebagian ulama bahwa ilmu adalah ma’rifah (pengetahuan) sebagai lawan
dari al-jahl (ketidaktahuan). Menurut
ulama lainnya, ilmu itu lebih jelas dari apa yang diketahui.1
وَلَا تَقۡفُ مَا
لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ
أُوْلَٰٓئِكَ كَانَ عَنۡهُ مَسُۡٔولٗا ٣٦
36. Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu
akan diminta pertanggungan jawabnya (Al-Israa:
36)
1544.
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Cukuplah seseorang itu dustanya apabila ia mengutarakan segala
sesuatu yang didengar olehnya." (Riwayat Muslim)2
Ilmu
adalah yang membuat dirinya takut hanya kepada allah.
...ۗ
إِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ
غَفُورٌ ٢٨
28. ....Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun (Fathiir:28)
Dr. Muhammad al-Bahi : Ilmu terbagi dua (1) Ma’rifat Ilahiyah (2) Ma’rifat al-Insaniyah.3
Syekh Abdur-Rahman al-Ahdhari dan Al-Darwi : “Ilmu berarti penjelasan
tentang sesuatu dengan cara mengetahui sesuatu tersebut; atau sampainya jiwa
kepada pemahaman makna sesuatu tersebut4
Syarif Ali bin Muhammad Al-Jurjani mengemukakan pengertian ilmu sebagai
berikut:
1. Suatu
keyakinan yang pasti sesuai dengan kenyataan
2. Perolehan
gambaran sesuatu yang terdapat dalam akal
3. Hasil
pemahaman sesuatu sesuai dengan apa adanya (objektif)
4. Hilangnya
kesamaran/keraguan dalam menjelaskan objek yang dijelaskan
5. Sifat
yang melekat pada jiwa yang dapat mengetahui sesuatu secara global dan parsial
6. Samapainya
jiwa pada makna sesuatu
7. Keterangan
mengenai penyandraan yang khusus antara yang memahami dan yang dipahami
8. Keterangan
mengenai sifat yang mempunyai sifat
Kaidah-kaidah
mencari Ilmu
1. Tidak
melampaui batas (adam tajawuz al-had)
۞وَعِندَهُۥ مَفَاتِحُ ٱلۡغَيۡبِ لَا
يَعۡلَمُهَآ إِلَّا هُوَۚ وَيَعۡلَمُ مَا فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِۚ وَمَا
تَسۡقُطُ مِن وَرَقَةٍ إِلَّا يَعۡلَمُهَا وَلَا حَبَّةٖ فِي ظُلُمَٰتِ ٱلۡأَرۡضِ
وَلَا رَطۡبٖ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ ٥٩
59.
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan
di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya
(pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak
sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata
(Lauh Mahfudz) (Al-An’aam: 59)
2. Membuat
perkiraan dan Penetapan (Attaqdir
wattaqrir)
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِن جَآءَكُمۡ فَاسِقُۢ بِنَبَإٖ فَتَبَيَّنُوٓاْ أَن
تُصِيبُواْ قَوۡمَۢا بِجَهَٰلَةٖ فَتُصۡبِحُواْ عَلَىٰ مَا فَعَلۡتُمۡ نَٰدِمِينَ
٦
6.
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu (Al-Hujuraat: 6)
3. Membatasi
Persoalan (Attakhsis qabl al-bahts)
4. Tidak
sombong dan menentang kebenaran (Adam
al-mukarabah wa al-‘inad)
وَلَوۡ
نَزَّلۡنَا عَلَيۡكَ كِتَٰبٗا فِي قِرۡطَاسٖ فَلَمَسُوهُ بِأَيۡدِيهِمۡ لَقَالَ ٱلَّذِينَ
كَفَرُوٓاْ إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا سِحۡرٞ مُّبِينٞ ٧
7.
Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat
menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang kafir itu
berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata" (Al-An’aam:7)
5. Melakukan
check dan recheck (Al-Muraja’ah wa
al-mu’awadah)
...ۚ
إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَمَا تَهۡوَى ٱلۡأَنفُسُۖ وَلَقَدۡ جَآءَهُم
مِّن رَّبِّهِمُ ٱلۡهُدَىٰٓ ٢٣
23.
.... Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang
diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada
mereka dari Tuhan mereka (An-Najm:23)
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا
يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنََٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ
أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا
تَعۡمَلُونَ ٨
8.
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan (Al-Maa-idah: 8)
6. Berpegang
teguh pada kebenaran hakiki (Al-Istimsaq
bi al-haq)
ٱلۡحَقُّ
مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُمۡتَرِينَ ١٤٧
147.
Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu (Al-Baqarah: 147)
7. Menjauhkan
dari tipu daya (Al-Ba’d an al-ghurur)
8. Mewujudkan
kebenaran haqiqi (Al-Jahr bi al-haq)
9. Menyerukan
Kebenaran Hakiki (Al-da’wat ila al-haq)
10.
Mempertahankan kebenaran hakiki (Al-dafa’u an al-haq)